Untuk anak-anak malang
Untukmu sebuah cinta
Ku tulis dengan kasih
Ku ukir ia dengan sayang
Lantas pada suatu ketika
Seorang anak malang datang kepadaku
Suram sinar matanya penuh sendu
Suram pudar senyumnya meruntuh hatiku
“Cikgu,
ini buku dari kerajaan
mampu menampung ilmu ke bintang
mahupun ke bulan
namun tidak mampu memberi kami
sesuap nasi
tidak mampu memberi adik
secawan susu saban hari
demi cabaran hidup kian kental
wajarkah kiranya buku ini ku jual?”
Tergamam aku dengan bicara lirih itu
Sayu dan sendu menabiri ruang waktu
“Aduhai sayang permata hati,
seperih itu erti hidup dan kehidupan
melarik luka erti manusia dan kemanusiaan
ke mana payung hidupmu
kala diri kehujanan?
ke mana teduh nipah
kala diri kepanasan?”
Anak kecil itu tunduk membisu
Sesaat renung matanya menusuk kalbu
Titis air matanya berlinangan
membasahi hatiku
Sedu sedan berlagu
menghiris bagai sembilu
Bicara sayu menghiasi
wajahnya yang pilu
“Cikgu,
mama pergi saat melahirkan adik bongsuku
ayah terkorban di perbatasan pertiwi
tinggal kami bertiga
mewarisi hidup ranjau penuh duri
tanpa kasih mama dan ayah
kami teguh berdiri
namun seteguh mana kekuatan kaki ini
andai panas dan hujan sering menerjah
menggoyahkan hati?”
Terkaku aku seketika
Menghadapi realiti hidup yang menyapa
Perihnya anak kecil ini menyusuri hidupnya
Seawal usia 11 tahun bernafas dalam duka
Menghulur tangan
demi seulas kasih dan cinta
Suatu masa dulu pernah subur dalam hidupnya
Namun akhirnya lerai di kaki pusara!
Sepurnama berlalu
Anak kecil itu kembali padaku
Seulas senyum terukir di bibirnya yang sayu
Sejuk tangannya menghulur salam
mengucup tanganku
Ditunjukkan baju sekolahnya yang baru
Riang wajahnya
mengundang sendu lirih di hatiku
“Terima kasih, cikgu!
Kau dan kasihmu ku terima
sebagai ganti kasih dan cinta
dari mama dan ayahku...”
PEDU, Kedah
1 April 2004
2.30 am